Jumat, 03 Februari 2012

KEMISKINAN SISTEMIK PADA PETERNAK SAPI PERAH

 “Kemiskinan Sistemik pada Peternak Sapi Perah” Ini judul adalah karya tulis ilmiah mahasiswa  Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang dibuat pada bulan April 2006 dan disusun oleh :

Aris Pringgo Utomo               JIO03101
Bena Ginanjar S                     JIO03111
Intan Kusuma Dewi               JIO03258

dengan dosen pembimbing Bapak Achmad Firman, S. Pt., M.Si 

Penelitian dilakukan terhadap kemiskinan sistemik pada sistem agribisnis peternak sapi perah di Indonesia. Dimana data yang diperoleh merupakan hasil berbagai penelitian yang telah dilaksanakan peneliti sebelumnya serta di sadur dari berbagai sumber.
Metode penulisan karya tulis ini merupakan penulisan literer, yaitu penulisan yang menjadikan literatur (buku – buku) sebagai bahan rujukan. Adapun metode yang dipakai adalah metode korelasi yaitu metode yang menggunakan cara cara berfikir dengan mencari korelasi antara sesuatu hal dengan yang lain. Kemudian penulisan dilakukan dengan metode studi kasus yang berkaitan dengan karya ilmiah yang kami buat.

Latar Belakang
            Sejak tahun 1998 peternak sapi perah tidak mendapat perlindungan dari pemerintah yang berupa jaminan bahwa susu hasil usahanya diserap oleh industri pengolahan susu. Alhasil peternak harus bersaing secara bebas dengan peternak dari berbagai negara maju. dengan dihapuskannya kebijakan perlindungan terhadap sapi perah indonesia pelaku sapi perah indonesai dituntut untuk menjalankan usahanya secara efisien.
            Fenomena yang timbul dibidang peternakan, para peternak meningkat menjadi orang miskin hal ini karena ketidakmampuan mereka dalam bersaing untuk meningkatkan produksinya dan bersaing dengan dunia luar. peternak sapi perah selama ini memiliki penghasilan Rp. 3.500 per 10 liter susu segar sehari padahal rata rata peternak indonesia masih memiliki 2 sapi perahan. artinya mereka mendapatkan Rp. 7.000 per 10 liter perhari. koperasi membeli susu segar dari peternak sebesar Rp. 1.350 per liter sedangkan rata rata sapi perah menghasilkan 10 liter sehari. sementara ongkos produksi di luar tenaga kerja dan investasi sebesar Rp. 10.000 perhari. jadi hanya dapat Rp. 3.500 per 10 liter. hal ini berarti para peternak di indonesia menjadi orang yang sangat miskin karena peternak tidak mencapai kehidupan yang layak dengan penghasilan USD 1,00 dolar perhari

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1.   Tidak Berkembangnya peternak sapi perah di Indonesia disebabkan oleh  :
a.      Terjadinya ekspor sapi besar besaran melalui beberapa tahap yaitu, tahap 1 periode sebelum tahun 1980, tahap II periode 1980 - 1997, dan tahap III periode 1997 sampai sekarang.
b.      Peternakan sapi perah terkonsentrasi di pulau jawa yang memiliki lahan sempit, sebagai akibat dari peralihan sektor pertanian (sub sektor peternakan) menjadi pusat perindustrian.
2.    Kemiskinan yang terjadi pada peternak sapi perah dilakukan dengan berbagai modifikasi bentuk pola sistem agribisnis peternakan sapi perah. Hal yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
a.    Menggunakan pola sistem agribisnis yang sudah ada pada peternakan susu dengan mengoptimalkan semua sub sistem. Dimana setiap sub sistem profesional dan tidak saling merugikan.
b.    Meningkatkan peran koperasi dalam upaya bekerjasama dengan industri penyedia input dan industri pengolahan susu dalam pola sistem agribisnis.
c.     Peningkatan kualitas, penguasaan teknologi dan penguasaan segmen pasar peternak harus diperluas.

Saran
            Pengembangan agribisnis sapi perah rakyat dengan skala usaha kecil tidak akan mendapatkan perhatian dari pemerintah dalam hal ini pemerintah masih mempersulit kredit yang dibutuhkan peternak itu sendiri bila dibandingkan peternak berskala besar, tetapi aktivitas ekonomi skala menengah ini akan bergantung sekali terhadap pasar. Sebaiknya terjadinya perkembangan agribisnis sapi perah skala menengah ini hendaknya dapat mendorong pemerintah untuk berkontribusi dalam bentuk kemudahan kredit bagi pertanian.
            Untuk menghadapi pasar dunia, maka indonesia dengan posisinya yang ada sekarang, sebaiknya memfokuskan diri pada pembenahan teknologi, budidaya, kelembagaan dalam kerangka membangun agribisnis peternakan efisien. Langkah selanjutnya  adalah pegembangan agribisnis peternakan untuk tujuan peningkatan produksi.
            Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri sendiri, bagi masyarakat terutama peternak itu sendiri, serta pagi peneliti lain yang ingin mendalami materi yang penulis bahas karena penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dan perlu adanya penelitian kembali mengenai masalah ini sehingga menambah khasanah keilmuan yang terkait dengan peternakan.
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar